Langsung ke konten utama

‘’Berkas Yang Tertinggal’’

Surga Itu di Kaki Bapak Ku!!

    Berkas itu tertinggal saat kepergiaannya menghadap sang kholiq, kepergian untuk selamanya, tak pernah ku pikir, aku akan terlambat menunjukan berkas yang harusnya dinikmati oleh orang yang paling aku sayangi di dalam kehidupan Ku. Berkas yang sudah Aku susun rapi untuknya. Ya sebuah balasan perjuangannya untuk kehidupan Aku selama aku dalam belaian kasih sayangnya.

    Sujud akhir juga tak dapat ku peroleh, saat ia akan meninggalkan aku dan semua saudara Ku. Aku tumpahkan tulisan ini untuk mengenang perjuangan hidup Bapak Ku yang menghidupi Aku dan kakak serta abang ku. Dalam kehidupan ini ia  harus menjadi dua figure yaitu menjadi seorang Ibu dan sekaligus bapak yang harus memikirkan masa depan ketiga anaknya yaitu, pendidikan dan kebutuhan ekonomi sekaligus.

    Masih Ku ingat perjuangan beratnya, kerja kerasnya dalam menentang dunia yang fanah ini. Yang harus membuat Aku tak kuasa menahan setiap tetesan air mata ini jika mengingat semua yang telah ditempunya untuk menentukan nasib Ku dan kedua saudara kandung Ku.
 
   Untuk itu ku persembahkan karya Ku ini untuk mengenang semua perjuangan pahit yang ditempuh orang yang paling ku banggakan dan ku hormati. Karena aku tahu bahwa aku belum sempat membalas semua perjuangannya dengan pengabdian ku hingga ia menutup mata dan pergi jauh meninggalkan aku saat aku tak berada di sampingnya.

    Aku kecewa  saat ia menutup matanya aku tak ada di dekatnya. Sebuah kekecewaan yang tak pernah  aku maafkan atas diri ku. Namun apa daya aku tak kuasa menentang takdir yang sudah digariskan kepada Ku.

    Tak ada yang dapat ku ucapkan kecuali segenap jiwa dan raga ku keserahkan untuk membalas budi dan jasa-jasanya selama membesarkan aku hingga aku menjadi manusia yang mempunyai pegangan hidup.


‘’Salam Penulis’’

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hanya Bisa Menonton

Jeritan ketakutan terdengar dari kegelapan.. Suasana tenang, sepi pun berubah jadi panik saat warga melihat api melalap rumah warga Kami.......... Kami......... Ya Kami Butuh bantuan Munamun........... Namun Kau Hanya bisa melihat Ya melihat saat Api merebut kebahagian kami.. Ya Saat Api Menelan Semua Milik Kami Katakan Apa yang bisa kau katakan....... Teman............ @Salam penulis, 2008

Menjala Ikan di Air Lumpur

Seorang nelayan tradisional sedang menjala ikan meski di air yang berlumpur

Dimana aku......

Sendiri, Sunyi ...... tanpa rasa bahagia..... hanya duka dan hembusan angin dan ombak dilaut yang terasa.... dibalik gubuk tua nan rapuh.......... yang kini tak mungkin jadi rumah impan ku lagi......